The Sun memasang judul "Miracle Manc" ketika menurunkan laporan mengenai jatuhnya Piala Liga Inggris ke tangan Manchester City secara dramatis.
"Manc" di situ bisa berarti Manchester City, bisa juga berarti (Roberto) Mancini.
Mancini adalah pelatih yang menyulap City menjadi juara Liga Inggris di era --seperti disebut The Sun sebagai -- "Fergie Time".
Alex "Fergie" Ferguson adalah pelatih fenomenal yang membawa dominasi Manchester United di Liga Inggris dalam beberapa tahun terakhir.
Semuanya mulus sampai kemudian Mancini mendarat di Etihad untuk memoles Aguero dkk. Itu adalah gelar Liga Inggris buat City setelah puasa 44 tahun silam.
Sampai menit ke-90, mahkota Liga Inggris milik MU yang mengalahkan Sunderland 1-0. Keajaiban datang pada masa injury time ketika Edin Dzeko dan Aguero mencetak dua gol dalam tiga menit untuk membawa City unggul 3-2 atas QPR.
Ajaib, dramatis, tapi itulah sepak bola. Sepak bola sesungguhnya adalah drama.
"Saya merasa seperti sudah berusia 90 tahun," kata Mancini, pelatih asal Italia, melukiskan perasaannya tentang pertandingan yang menegangkan tersebut.
Saking tegangnya, beberapa kali Mancini terlihat jongkok di tepi lapangan.
"Anda tidak bisa membayangkan pertandingan final seperti ini," katanya tentang pertandingan yang dimulai dengan skor 1-0 untuk City, lalu 2-1 untuk QPR yang bertanding dengan 10 pemain.
"Ini akhir yang gila pada musim yang gila. Saya kira ini tak bisa dipercaya. Saya tidak pernah merasakan pengalaman seperti ini sepanjang karier saya," kata Mancini yang kepalanya disiram bir oleh Dzeko saat merayakan trophy Liga Inggris.
Mancini membawa warna baru di Liga Inggris. Semula hanya ada Manchester Merah. Sekarang ada Manchester Biru.(*)
Tribunnews