Arifin Panigoro, mantan calon wakil ketua umum PSSI dan penggagas LPI, menyebutkan kalau Riedl tidak bisa diajak bekerjasama dengan pengurus PSSI yang baru. Arifin bisa dibilang sebagai motor kelompok 78 yang memilih pasangan Djohar-Farid di kongres Solo. Kelompok 78 sebelumnya sangat ngotot mendukung duet George Toisutta-Arifin Panigoro.
"Dia (Riedl) tidak mau bekerja sama dengan kita. Ya kita ganti. Susah-susah amat, masih banyak yang lain," kata Arifin saat ditemui di rumahnya di kawasan Jenggala, Jakarta, Rabu (13/7) malam seperti yang dilansir oleh situs Tempointeraktif, Rabu (13/7).
Dikonfirmasi hal tersebut, Riedl mengaku heran. "Saya tidak mau bekerjasama seperti apa? Bertemu dengan pengurus PSSI yang baru saja belum. Apalagi bertemu dengan Mr Panigoro. Saya tidak kenal dia. Memangnya dia pengurus PSSI?," ujarnya dengan nada tinggi.
Riedl merasa kalau ia menjadi korban perseteruan Nirwan Bakrie dan Arifin Panigoro sehingga dirinya harus dipecat.
"Saya ini menjadi korban hubungan kontroversial antara bos saya Mr Nirwan Bakrie dengan Mr Panigoro. Ini sport political decison. Saya yakin 100 persen," cetusnya.
Apakah Anda merasa kalau pemecatan dilakukan salah satunya karena Anda tidak mau memanggil pemain dari LPI? Riedl menjawab: "Yah itu salah satunya. Begini, saya profesional, saya bekerja untuk bos saya. Siapa bos saya? PSSI, ketua umumnya, wakil ketua umumnya dan Mr Iman (deputi teknik BTN-red)," tegasnya.
Tak hanya itu, ancaman sanksi dari FIFA juga menjadi perhatian Riedl jika ia memakai pemain yang merumput di LPI.
Riedl sebenarnya berniat untuk bertemu dengan pengurus PSSI yang baru usai kongres Solo. Tujuannya untuk membicarakan program timnas dan mengetahui visi misi pengurus yang baru.
Namun ia malah lebih dahulu dipecat. "Saya tahu dari media, (Wolfgang) Pikal dan Mr Arif," imbuhnya.
VIVAnews