Seperti halnya yang dilakukan Massimiliano Allegri musim lalu di AC Milan, maka Antonio Conte pun melakukan hal yang sama bersama Juventus musim ini. Kedua allenatore itu sama-sama meraih scudetto di musim pertama bersama klubnya.
Bahkan Antonio Conte melakukannya dengan lebih hebat yaitu tak terkalahkan hingga kompetisi tersisa satu laga. Dan, Conte lebih muda satu tahun dibanding Allegri saat meraih scudetto yaitu 42 tahun.
Prestasi Conte ini tak bisa dikesampingkan begitu saja meski Juventus musim ini memiliki para pemain dengan kualitas jempolan.
Juventus pernah mengalami krisis saat didegradasi ke Seri B karena skandal pengaturan pertandingan atau calciopoli pada 2006 lalu. Saat terdegradasi, Juventus ditinggalkan sejumlah pemain kuncinya seperti Zlatan Ibrahimovic, Fabio Cannavaro dan Patrick Vieira.
Hanya semusim di Seri B, Juventus kembali promosi ke Seri A dan menghabiskan banyak dana untuk membangun klub. Namun, guyuran uang terbukti tidak cukup bagi Si Nyonya Tua untuk berprestasi. Bahkan Juve harus berganti empat manajer selama empat musim.
Di tengah kegamangan, di awal musim ini manajemen Juventus secara mengejutkan menunjuk Antonio Conte untuk menakhodai klub dengan trofi Seri A terbanyak itu.
Sesuai kebutuhan
Pada awalnya, banyak yang meragukan Conte, apalagi Juventus saat itu gagal berprestasi meski mendatangkan sejumlah pemain mahal seperti Diego, Amauri dan felipe Melo. Selain itu Juve juga dipenuhi pemain terbaik Italia namun para pelatih sebelum Conte - yang penuh pengalaman - tak mampu meramu dan menyatukan bakat-bakat terbaik itu menjadi sebuah tim yang efektif di lapangan.
Keraguan semakin meningkat karena minimnya pengalaman Conte menangani tim Seri A. Satu-satunya pengalaman mantan kapten Juventus itu adalah menangani Atalanta selama tiga setengah bulan yang berakhir dengan kegagalan. Namun, Conte berhasil memberikan gelar juara Seri B untuk Bari pada 2009 dan membawa Siena promosi ke Seri A pada 2011.
Kedua prestasi ini membuktikan Conte mampu menciptakan tim juara dan yang lebih penting adalah kemampuan Conte memotivasi pemain. Semangat Conte memompa motivasi pemain terlihat jelas di lapangan. Dia kerap berdiri di sisi lapangan berteriak keras hingga urat lehernya menonjol dan wajahnya memerah.
Dan Conte memang sosok yang dibutuhkan Juventus. Dia dibesarkan Juventus dan berseragam putih hitam selama 13 tahun yang juga adalah salah satu masa keemasan Juventus.
Dalam mengelola klub, Conte selalu mengingatkan para pemain tentang klub yang mereka bela dan apa yang diharapkan dari mereka, para pemain. Semuanya itu karena Conte belum melupakan apa arti bermain bagi salah satu klub terbesar dan tersukses di Italia dan mungkin juga di Eropa.
Dengan pengalamannya sebagai pemain, Conte berhasil menciptakan cara dan hasrat melatih baru yang akhirnya mampu membantu Juventus merengkuh kembali kejayaannya di masa lalu.
KOMPAS.com